Tuesday, August 4, 2009

Proyeksi Peta

Berikut ini adalah proyeksi proyeksi peta yang dibuat dan diperkenalkan oleh kartografer - kartografer ternama



Proyeksi yang diperkenalkan oleh Albers Conic





Proyeksi yang dibuat oleh seorang ahli matematika dan astronomi bernama Karl Brandan Mollweide




Proyeksi yang diperkenalkan oleh Ernst Hammer pada tahun 1892




Proyeki Peta yang dibuat oleh Johannes Werner




Proyeksi yang diperkenalkan oleh Henry Bottomley

Saturday, May 16, 2009

Padang Lamun


Sering kita melihat hamparan hijau pada dasar laut di pinggir pantai yangmenyerupai padang rumput yang hijau, yang tidak lain adalah padang lamun atau yang populer dikenal dengan seagrass. Seagrass adalah tempat hidup bagi amat banyak organisma seperti ikan, kepiting, udang, lobster, seaurchin (bulubabi), dan masih banyak lagi. Hampir sebagian besar organisma pantai (ikan, udang, kepiting dll) mempunyai hubungan ekologis dengan habitat lamun. Sebagai habitat yang di tumbuhi berbagai spesies lamun, padang lamun memberikan tempat yang sangat strategis bagi perlindungan ikan-ikan kecil dari “pengejaran” beberapa predator. juga tempat hidup dan mencari makan bagi beberapa jenis udang dan kepiting.
Padang lamun menyebar hampir di seluruh kawasan perairan pantai Indonesia. Padang lamun biasanya sangat mirip dan bahkan menyerupai padang rumput di daratan dan hidup pada kedalaman yang relative dangkal (1-10 meter) kecuali beberapa jenis seperti Halodule sp., Syringodium sp. dan Thalassodendrum sp., yang juga di temukan pada kedalaman sampai dengan 20 meter dengan penetrasi cahaya yang relative rendah. Malah pernah dilaporkan jenis Halophila yang di temukan pada kedalaman 90 meter oleh Taylor (1928) yang ditulis dalam Den Hartog (1970). Namun umumnya sebagian besar padang lamun menyebar pada kedalaman 1 – 10 meter. Di beberapa perairan dangkal, kita dapat menyaksikan padang lamun dengan kepadatan yang cukup tinggi yang memberikan kesan hijau pada dasar perairan.
Untuk tipe perairan tropis seperti Indonesia, padang lamun lebih dominant tumbuh dengan koloni beberapa jenis (mix species) pada suatu kawasan tertentu yang berbeda dengan kawasan temperate atau daerah dingin yang kebanyakan di dominasi oleh satu jenis lamun (single species). Penyebaran lamun memang sangat bervariasi tergantung pada topografi pantai dan pola pasang surut. Anda bisa saja menjumpai lamun yang terekspose oleh sinar matahari saat surut di beberapa pantai atau melihat bentangan hijau yang didalamnya banyak ikan-ikan kecil saat pasang. Jenisnya pun beraneka ragam, yang di pantai Indonesia sendiri, kita bisa menjumpai 12 jenis lamun dari sekitar 63 jenis lamun di dunia dengan dominasi beberape jenis diantaranya Enhalus acoroides, Cymodocea spp, Halodule spp., Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium, Thallasia hemprichii and Thalassodendron ciliatum

maruf.wordpress.com

Wednesday, May 13, 2009

Rumput Laut



Rumput laut adalah salah satu sumberdaya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Dalam bahasa Inggris, rumput laut diartikan sebagai seaweed. Sumberdaya ini biasanya dapat ditemui di perairan yang berasosiasi dengan keberadaan ekosistem terumbu karang. Rumput laut alam biasanya dapat hidup di atas substrat pasir dan karang mati. Beberapa daerah pantai di bagian selatan Jawa dan pantai barat Sumatera, rumput laut banyak ditemui hidup di atas karang-karang terjal yang melindungi pantai dari deburan ombak. Di pantai selatan Jawa Barat dan Banten misalnya, rumput laut dapat ditemui di sekitar pantai Santolo dan Sayang Heulang di Kabupaten Garut atau di daerah Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang. Sementara di daerah pantai barat Sumatera, rumput laut dapat ditemui di pesisir barat Provinsi Lampung sampai pesisir Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam.
Selain hidup bebas di alam, beberapa jenis rumput laut juga banyak dibudidayakan oleh sebagian masyarakat pesisir Indonesia. Contoh jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan diantaranya adalah Euchema cottonii dan Gracelaria sp. Beberapa daerah dan pulau di Indonesia yang masyarakat pesisirnya banyak melakukan usaha budidaya rumput laut ini diantaranya berada di wilayah pesisir Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi Kepulauan Riau, Pulau Lombok, Sulawesi, Maluku dan Papua.
Rumput laut dibagi dalam empat kelas yaitu : Chlorophyceae (ganggang hijau), Rhodophyceae (ganggang merah), Cyanophyceae (ganggang biru), Phaeophyceae (ganggang coklat).
Dari keempat kelas tersebut hanya dua kelas yang banyak digunakan sebagai bahan mentah industri, yaitu :
Rhodophyceae (ganggang biasa) yang antara lain terdiri dari :
Gracilaria, Gelidium sebagai penghasil agar-agar
Chondrus, Eucheuma, Gigartina sebagai penghasil karaginan.
Fulcellaria sebagai penghasil fulceran.
Phaeophyceae (ganggang coklat) yang antara lain terdiri dari : Ascephyllum, Laminaria, Macrocystis sebagai penghasil alginat.



Sunday, May 10, 2009

Terumbu Karang



Terumbu Karang merupakan salah satu komponen utama sumber daya pesisir dan laut utama, disamping hutan mangrove dan padang lamun. Terumbu karang merupakan kumpulan fauna laut yang berkumpul menjadi satu membentuk terumbu. Struktur tubuh karang banyak terdiri atas kalsium dan karbon. Hewan ini hidup dengan memakan berbagai mikro organisme yang hidup melayang di kolom perairan laut.
Terumbu karang dan segala kehidupan yang ada didalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki bangsa Indonesia yang tak ternilai harganya. Diperkirakan luas terumbu karang yang terdapat di perairan Indonesia adalah lebih dari 60.000 km2, yang tersebar luas dari perairan Kawasan Barat Indonesia sampai Kawasan Timur Indonesia (Walters, 1994 dalam Suharsono, 1998).
Indonesia merupakan tempat bagi sekitar 1/8 dari terumbu karang Dunia (Cesar 1997) dan merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman biota perairan dibanding dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar dan beragam, baik secara ekologi maupun ekonomi. Menurut Cesar (1997) estimasi jenis manfaat yang terkandung dalam terumbu karang dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.
Manfaat dari terumbu karang yang langsung dapat dimanfaatkan oleh manusia adalah pemanfaatan sumber daya ikan, batu karang, pariwisata, penelitian dan pemanfaatan biota perairan lainnya yang terkandung di dalamnya. Sedangkan yang termasuk dalam pemanfaatan tidak langsung adalah seperti fungsi terumbu karang sebagai penahan abrasi pantai, keanekaragaman hayati dan lain sebagainya.
Regional Indo-Pasifik terbentang mulai dari Indonesia sampai ke Polinesia dan Australia lalu ke bagian barat ialah Samudera Pasifik sampai Afrika Timur. Regional ini merupakan bentangan terumbu karang yang terbesar dan terkaya dalam hal jumlah spesies karang, ikan, dan moluska. Sebagian besar terumbu karang dunia (55%) terdapat Indonesia, Pilipina, Australia Utara dan Kepulauan Pasifik, 30% di Lautan Hindia dan Laut Merah. 14% di Karibia dan 1% di Atlantik Utara.
Terumbu karang Indonesia yang mencapai 60.000 km2 luasnya, sebagian besar berada di Indonesia bagian tengah, Sulawesi, Bali dan Lombok, Irian Jaya, Pulau Jawa, Kepulauan Riau dan pantai Barat Sumatera

Jenis-jenis terumbu karang
1. Terumbu karang tepi (fringing reefs)
Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).
2. Terumbu karang penghalang (barrier reefs)
Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.5­2 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus. Contoh: Batuan Tengah (Bintan, Kepulauan Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan), Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah).
3. Terumbu karang cincin (atolls)
Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau­pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan. Menurut Darwin, terumbu karang cincin merupakan proses lanjutan dari terumbu karang penghalang, dengan kedalaman rata-rata 45 meter. Contoh: Taka Bone Rate (Sulawesi), Maratua (Kalimantan Selatan), Pulau Dana (NTT), Mapia (Papua)
4. Terumbu karang datar/Gosong terumbu (patch reefs)
Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu (Aceh)

Id.Wikipedia.Org

Saturday, May 9, 2009

Hutan Mangrove



Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran tadi --yang mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi.
Hutan-hutan bakau menyebar luas di bagian yang cukup panas di dunia, terutama di sekeliling khatulistiwa di wilayah tropika dan sedikit di subtropika.
Luas hutan bakau Indonesia antara 2,5 hingga 4,5 juta hektar, merupakan mangrove yang terluas di dunia. Melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha) dan Australia (0,97 ha) (Spalding dkk, 1997 dalam Noor dkk, 1999).
Di Indonesia, hutan-hutan mangrove yang luas terdapat di seputar Dangkalan Sunda yang relatif tenang dan merupakan tempat bermuara sungai-sungai besar. Yakni di pantai timur Sumatra, dan pantai barat serta selatan Kalimantan. Di pantai utara Jawa, hutan-hutan ini telah lama terkikis oleh kebutuhan penduduknya terhadap lahan.
Di bagian timur Indonesia, di tepi Dangkalan Sahul, hutan-hutan mangrove yang masih baik terdapat di pantai barat daya Papua, terutama di sekitar Teluk Bintuni. Mangrove di Papua mencapai luas 1,3 juta ha, sekitar sepertiga dari luas hutan bakau Indonesia.

Jenis-jenis bakau (Rhizophora spp.) biasanya tumbuh di bagian terluar yang kerap digempur ombak. Bakau Rhizophora apiculata dan R. mucronata tumbuh di atas tanah lumpur. Sedangkan bakau R. stylosa dan perepat (Sonneratia alba) tumbuh di atas pasir berlumpur. Pada bagian laut yang lebih tenang hidup api-api hitam (Avicennia alba) di zona terluar atau zona pionir ini.
Di bagian lebih ke dalam, yang masih tergenang pasang tinggi, biasa ditemui campuran bakau R. mucronata dengan jenis-jenis kendeka (Bruguiera spp.), kaboa (Aegiceras corniculata) dan lain-lain. Sedangkan di dekat tepi sungai, yang lebih tawar airnya, biasa ditemui nipah (Nypa fruticans), pidada (Sonneratia caseolaris) dan bintaro (Cerbera spp.).
Pada bagian yang lebih kering di pedalaman hutan didapatkan nirih (Xylocarpus spp.), teruntum (Lumnitzera racemosa), dungun (Heritiera littoralis) dan kayu buta-buta (Excoecaria agallocha).
id.wikipedia.org

Monday, April 13, 2009

Kendala Pemanfaatan Hutan

Hutan merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia.Hutan sangat berguna untuk kelangsungan hidup manusia seperti hutan dapat menyimpan banyak air dan juga membantu sirkulasi dan metabolisme. Namun kenyataannya banyak sekali hutan yang sudah dirusak oleh manusia demi kepentingan mereka sendiri tanpa mau bertanggung jawab. Indonesia merupakan Negara yang memiliki daerah hutan yang luas. Indonesia memiliki hutan tropis seluas 120,35 juta hektar atau 63 persen dari luas daratan. Dari luas keseluruhan hutan tersebut, telah dilakukan pembagian peruntukan hutan berdasarkan fungsinya yang terdiri dari hutan konservasi 20,5 juta hektar, hutan lindung 33,52 juta hektar, hutan produksi terbatas 23,06 juta hektar, hutan produksi 35,2 juta hektar, dan hutan produksi yang dapat dikonversi 8,07 juta hektar.





Selama lebih dari tiga dekade, dari sudut pandang ekonomi, sosial, dan ekologi, perkembangan pengelolaan hutan di Indonesia mengalami ketidakseimbangan dalam mempertahankan aspek-aspek tersebut. Sektor kehutanan telah menjadi tulang punggung pembangunan nasional, baik sebagai penghasil devisa, pemacu aktivitas sektor lain, maupun pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional, baik langsung maupun melalui multiplier effect-nya. Contohnya, bagi masyarakat lokal, pembangunan sektor kehutanan sampai saat ini belum meningkatkan kesejahteraan mereka sesuai harapan. Terdapat sekitar 10 juta jiwa penduduk miskin di sekitar hutan yang masih memerlukan akses keterlibatan dalam pengelolaan hasil hutan bagi mata pencaharian dan kesejahteraan hidupnya. Sedangkan dari sisi ekologi, praktik pengelolaan hutan itu telah menyebabkan degradasi hutan yang perlu mendapat perhatian semua pihak.
Kondisi hutan saat ini menunjukkan fakta yang cukup memprihatinkan, menurut data yang saya temukan, yaitu adanya kerusakan hutan selama 12 tahun (periode 1985-1997) untuk Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi, yang mencapai rata-rata 1,6 juta hektar per tahun. Bahkan pada periode 1997-2000 deforestasi di lima pulau besar mencapai rata-rata sebesar 2,83 juta hektar per tahun. Kerusakan ini termasuk kerusakan hutan akibat kebakaran hutan pada tahun 1997-1998 seluas 9,7 hektar. Namun, untuk periode 2000-2005, laju deforestasi hanya 1,18 juta hektar per tahun. Dengan demikian, selama kurun tahun 2000-2005 terjadi penurunan laju deforestrasi sebesar 60 % dibanding periode 1997-2000. Namun meski begitu, beberapa hari yang lalu saat saya menonton televisi, saya mendapatkan informasi yang mengejutkan bahwa ternyata Indonesia adalah negara yang mengalami kerusakan hutan/deforestrasi paling parah di setiap tahunnya dengan pulau Sumatera sebagai pulau yang mengalami kerusakan hutan paling parah.
Kondisi hutan seperti ini banyak sekali disebabkan oleh adanya eksploitasi yang berlebih oleh perusahaan-perusahaan industri baik mebel maupun pulp. Mereka terlalu banyak menebang hingga lupa akan kondisi hutan yang mereka tebangi pohom-pohonnya. Jika hal ituterus-terusan terjadi, bukannya tidak mungkin jika hutan-hutan di Indonesia akan menjadi gundul di masa depan kelak. Selain itu banyak sekali efek yang dapat ditimbulkan bila suatu hutan mengalami kerusakan atau gundul. Hutan dapat tidak lagi berfungsi untuk menyimpan air dan tidak kuat untuk menahan tanah yang akan longsor nantinya. Hal hal terebut jelas sangat merugikan masyarakat apalagi penduduk yang tinggal di sekitar hutan tersebut. Seharusnya perusahaan-perusahaan industri juga peduli dengan keadaan hutan yang mereka gunakan sebagai media produksi. Mereka berkewajiban untuk menanam kembali pohon-pohon yang mereka tebang sehingga hutan tidak menjadi rusak dan gundul. Namun mereka seringkali mengabaikan hutan yang mereka gunakan dan masyarakat sekitarnya yang membutuhkan penghidupan dari hutan tersebut.



Namun bukan berarti semua perusahaan industri melakukan produksi dengan merusak hutan. Menurut data yang saya temukan, sebuah perusahaan industri bernama Riaupulp yang mengelola Hutan Tanaman Industri seluas 250.000 hektar itu memperoleh penghargaan di bidang pemeliharaan lingkungan hidup. Perusahaan penghasil pulp (bubur kertas) dan kertas yang sejak tahun 1994 lalu menerapkan kebijakan buka lahan tanpa bakar (no burn policy) itu menerima sertifikat Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari (PHTL) dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI).
Direktur CSR Riaupulp, Rudi Fajar, mengatakan, prestasi itu bisa diraih karena Riaupulp -- yang kini menjadi salah satu produsen pulp dan kertas terbesar di dunia ini--dalam mengelola kawasan hutan di area konsesinya tidak hanya mengacu pada profit. "Tetapi juga masalah planet (lingkungan) dan people (masyarakat sekitarnya). Hal itu dilakukan agar mereka tetap dapat menjaga kondisi hutan selagi mengembangkan produksinya.
Kita tidak dapat membiarkan eksploitasi hutan secara berlebihan dan perusakan hutan terus berjalan. saat ini dibutuhkan perusahaan berbasis sumber daya alam yang sejalan dengan peraturan pemerintah untuk menciptakan pengelolaan hutan yang lestari, memiliki nilai tambah bagi pemasaran, dan menjadi patron menjalankan bisnis berbasis sumber daya alam yang benar. Dengan sanksi tegas yang dibuat pemerintah, kita semua dapat berharap bahwa itulah solusi yang paling dibutuhkan untuk saat ini melihat ketidaktegasan pemerintah dalam masalah kehutanan. Dan diharapkan untuk semua perusahaan industri hutan di Indonesia agar selalu peduli dengan lingkungannya. Mereka harus mampu merawat lingkungannya agar hutan-hutan di Indonesia tidak menjadi rusak dan gundul. Menjaga hutan agar tidak rusak juga sama dengan mencegah berbagai macam bencana. Dengan itu Indonesiapun dapat selalu hijau dan maju dalam bidang industri kehutanan


~Radian Yudhanto XIS2 / 30~ SMA KOLESE GONZAGA